THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES ?

Jumat, 09 Desember 2011

Cita-cita: Menjadi Presenter Televisi


Tampaknya sudah mulai terjadi pergeseran cita-cita di kalangan anak-anak Indonesia dan para orangtuanya, sekarang ini. Jika dulu, umumnya orangtua mencita-citakan anak-anaknya menjadi dokter atau insinyur, kini tak sedikit di antara mereka yang kepingin anaknya menjadi presenter televisi. Tak peduli apakah presenter berita atau presenter hiburan. Yang penting, tampil terkenal menjadi selebritis televisi.
Gejala ini terlihat sewaktu Liputan 6 SCTV menggelar acara Presenter Cilik selama sebulan penuh, sebagai bagian dari acara Dino’s Live atau Summer Holiday with SCTV and Dinosaurus, di Plaza Tenggara Senayan, Jakarta, 21 Juni hingga 20 Juli 2008. Acara ini terbuka untuk umum, terutama anak-anak, pengunjung Dino’s Live. Dengan hanya membayar Rp30 ribu per orang, anak-anak itu bisa tampil seperti presenter beneran. Membaca berita melalui teleprompter di depan kamera.
Aksi mereka di depan kamera selama sekitar lima menit ini, direkam ke dalam keping DVD. Hasil rekaman ini bisa mereka bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Sebelum direkam, para petugas magang dari SCTV akan membimbing mereka bagaimana cara membaca teleprompter.
Karena peserta acara presenter cilik ini tidak dibatasi usia, tak jarang tampil pula anak-anak yang masih balita (di bawah lima tahun) atau bahkan batita (di bawah tiga tahun), yang umumnya belum bisa membaca. Untuk anak-anak yang belum bisa membaca, para petugas harus bekerja ekstra keras menuntun mereka melafalkan kalimat-kalimat pengantar berita, kata demi kata, sambil direkam.
Maklum, acara ini memang dirancang layaknya siaran berita televisi yang sebenarnya. Presenter membacakan lead atau pengantar berita, lalu paket berita yang sudah direkam ditayangkan, setelah itu membaca pengantar berita berikutnya. Ada tiga paket berita yang disiapkan untuk itu. Pura-puranya mereka sedang live dalam siaran Liputan 6 Terkini.
Minat pengunjung untuk mengikuti acara presenter cilik ini di luar dugaan. Penyelenggara terpaksa membatasi peminat paling banyak 60 peserta per hari, untuk Sabtu dan Minggu, dan 35 orang per hari untuk Senin hingga Jum’at. Dengan 35 orang per hari, para petugas masih bisa beristirahat untuk makan siang. Tapi dengan 60 orang per hari, para petugas tidak akan beristirahat selama 10 jam. Karena untuk setiap peserta, mulai dari persiapan sampai finalisasi DVD, dibutuhkan waktu sedikitnya 10 menit.
Para peserta yang sudah mendaftar rela menunggu berjam-jam untuk mendapat giliran shooting. Dalam beberapa kasus, meski kami sudah menutup pendaftaran, tak jarang ada orangtua anak-anak yang memaksa atau menghiba-hiba agar anaknya diikutsertakan. Atau, anaknya menangis karena ingin tampil di depan kamera.
Banyak alasan yang mereka kemukakan. Misalnya, mereka datang dari daerah yang sangat jauh dari Jakarta, dan ini merupakan satu-satunya kesempatan. Sebab besok mereka harus pulang ke daerahnya dengan penerbangan yang paling pagi. Untuk kasus-kasus seperti ini, kami mengalah, walau acara Dino’s Live sudah tutup untuk hari itu. Maka jadilah kami booth di Dino’s Live yang bubar paling akhir.
Keinginan untuk tampil dalam acara Presenter Cilik, tidak selalu datang dari anak-anak. Para orangtua justeru memegang peranan yang paling besar. Banyak di antara para orangtua ini yang membujuk anak-anaknya untuk tampil. Bahkan ada yang dengan cara memaksa, meski anaknya tidak mau. Tentu saja sebagian besar keiikutsertaan dalam acara ini, muncul dari anak-anak, yang memang bercita-cita menjadi presenter televisi.
Maka tampillah mereka di depan kamera, dengan berbagai gaya. Ada yang tampil serius layaknya presenter berita. Ada yang bergenit-genit sepeti presenter infotainment atau presenter hiburan. Umumnya mereka puas, karena telah berhasil tampil di “layar televisi”. Tidak usah dijelaskan bagaimana cara mereka melafalkan berita. Sebagai anak-anak yang belum terlatih, kualitas mereka masih jauh di bawah standar. Tetapi minat mereka, antusiasme mereka, sungguh luar biasa.
Dalam beberapa obrolan dengan para orangtua peserta, tertangkap kesan bahwa mereka umumnya kepingin anaknya menjadi presenter televisi, bila sudah dewasa kelak. Begitu pula anak-anaknya. Tak sedikit yang mengira bahwa acara Presenter Cilik tersebut adalah semacam audisi untuk rekruitmen presenter, dan terlihat kecewa setelah dijelaskan bahwa acara ini hanya sekedar ajang untuk menghibur anak-anak.
Minat yang sangat besar ini, sedikit banyak membuktikan bahwa profesi presenter televisi telah menjadi impian banyak orang. Jangan-jangan memang telah terjadi semacam pergeseran cita-cita, dari dokter atau insinyur, menjadi presenter televisi. Apalagi memang sudah banyak contoh, adanya dokter atau insinyur yang beralih profesi menjadi presenter televisi. Mungkin inilah yang disebut sebagai keberhasilan “sihir televisi”. Begitulah.

0 komentar: